Lebih Sehat dengan

Bedah Bariatrik

Kasus obesitas kalangan dewasa di Indonesia terus meningkat dan berlipat ganda selama dua dekade terakhir. Gaya hidup tidak sehat, kemudahan akses untuk mendapatkan makanan atau minuman, kurangnya aktivitas fisik, bahkan periode di rumah saja selama pandemi pun turut mendukung peningkatan angka kasus obesitas secara konsisten.

 

Sejumlah penelitian telah mengungkapkan hubungan antara obesitas dan risiko beragam penyakit tak menular (PTM) mulai dari diabetes, hipertensi, stroke, hingga kanker. Menjadi momok menyeramkan, perubahan pola pikir masyarakat terkait kualitas hidup akhirnya mendorong keinginan untuk hidup sehat dan seimbang, serta memiliki berat badan ideal.

 

Beragam metode mulai dari berbagai macam pola diet, penggunaan obat-obatan herbal dan kimia, baik yang penggunaannya diminum maupun disuntikkan, olahraga intens, hingga jalur bedah kosmetik, tidak jarang dipilih sebagai langkah untuk mendapatkan berat badan ideal dengan cepat. Ada yang berhasil, sayangnya lebih banyak yang tidak memberikan hasil optimal. Bahkan berujung pada kenaikan kembali berat badan melebihi berat badan sebelumnya (yo-yo effect).

 

Dokter spesialis bedah subspesialis bedah digestif RS Pondok Indah – Pondok Indah, Dr dr Peter Ian Limas, SpB, SubSp. BDig, menjelaskan, bedah bariatrik hadir sebagai opsi lebih efektif untuk menangani kasus obesitas. Dengan tingkat kesuksesan tinggi untuk menurunkan berat badan, tindakan bedah bariatrik juga terbukti bermanfaat bagi pasien yang memiliki komorbid diabetes dan hipertensi. Efek dominonya dapat mengurangi bahkan menghilangkan risiko gangguan jantung dan ginjal, stroke, hingga kanker.

 

"Namun, perlu diingat, keseluruhan manfaat dari tindakan bedah bariatrik dapat dicapai secara optimal jika didukung oleh komitmen dan konsistensi yang kuat dari pasien dalam mengubah gaya hidup mereka, sepanjang usia,” ujarnya.

 

Tindakan bedah bariatrik diperuntukkan pada pasien dengan indeks massa tubuh (IMT) di atas 35 tanpa komorbid atau IMT di atas 30 yang memiliki komorbid diabetes ataupun hipertensi, dan atau telah gagal menurunkan berat badan dengan perubahan gaya hidup (diet dan olahraga).

FREEPIK

Jenis bedah bariatrik yang paling sering dilakukan adalah sleeve gastrectomy, Roux en Y gastric bypass dan single anastomosis duodeno-ileal bypass with sleeve gastrectomy (SADI). Ketiga tindakan ini sama-sama memiliki hasil akhir penurunan berat badan karena adanya modifikasi saluran pencernaan pasien. Hal ini memengaruhi pola makan dan penyerapan makanan dalam tubuh.

 

Dokter Peter menjelaskan tindakan bedah bariatrik sleeve gastrectomy yang dilakukan Melly merupakan tindakan pemotongan lambung kurang lebih sebanyak 85 persen sehingga didapatkan ukuran lambung yang lebih kecil.

 

"Dilakukan dengan teknik minimal invasif laparoskopi, memungkinkan rasa nyeri yang dirasakan lebih minimal, risiko komplikasi pasca tindakan lebih rendah, dan proses pemulihan berlangsung lebih cepat," ujarnya.

 

Chief Executive Officer (CEO) RS Pondok Indah Group, dr Yanwar Hadiyanto, MARS mengatakan angka obesitas di Indonesia yang terus meningkat dari tahun ke tahun, mendorong mereka untuk berusaha menyediakan berbagai solusi untuk mengatasinya, salah satunya melalui tindakan bedah bariatrik.

 

Layanan bedah bariatrik di RS Pondok Indah didukung oleh teknologi medis terkini untuk menegakkan diagnosis dan tenaga medis ahli yang meliputi dokter spesialis bedah serta dokter spesialis terkait lainnya, seperti dokter spesialis gizi klinik dan dokter spesialis penyakit dalam subspesialis endokrin metabolik dan diabetes untuk para pasien yang mengalami obesitas dengan komorbid diabetes.

 

"Kami berharap semoga bedah bariatrik ini dapat menjadi layanan kesehatan terdepan yang dapat meningkatkan harapan hidup dan kualitas hidup para pasien kami. Kami akan terus berkomitmen untuk menghadirkan layanan kesehatan yang mengutamakan kebutuhan pasien kami di masa mendatang,” ujar dr Yanwar.

Namun, perlu diingat, keseluruhan manfaat dari tindakan bedah bariatrik dapat dicapai secara optimal jika didukung oleh komitmen dan konsistensi yang kuat dari pasien dalam mengubah gaya hidup mereka, sepanjang usia.

Kasus obesitas kalangan dewasa di Indonesia berlipat ganda selama dua dekade terakhir.

Lihatlah sosok penyanyi dan penulis lagu Melly Goeslaw sekarang. Tubuhnya ramping dan berat badan pun ideal. Bahkan, ada yang menyebutkan Melly mirip dengan Lesty Kejora yang dikenal bertubuh mungil dan langsing.

 

Apa rahasianya? Melly pun menuturkan kisahnya. "Sejak tahun 2000 saya sudah mencoba berbagai macam metode untuk menurunkan berat badan, mulai dari diet sehat dengan olahraga, konsumsi obat minum sampai suntikan, bahkan bedah kosmetik untuk mengecilkan beberapa area tubuh," ungkapnya dalam acara yang diselenggarakan RSPI Group.

 

Semua diet yang dilakukan Melly berujung kegagalan, berat badan turun sesaat, setelah itu meningkat kembali (yo-yo), bahkan menimbulkan rasa trauma. Melly mengaku sudah banyak obat yang masuk ke dalam tubuhnya. Tak hanya obat, berbagai suntikan juga masuk ke dalam tubuhnya demi menurunkan berat badan. "Hasilnya naik turun," ujarnya.

 

Melly tidak putus asa. Ia kembali melakukan diet sampai akhirnya berat badannya mencapai 87 kg. Saat diet, berat badannya sempat mencapai 74 kg. Namun setelah turun berat badannya kembali naik. "Turun 10 kg naik 15 kg. Alhamdulillah sekarang berhasil. Sekarang berat badan 64 kg. Happy saya, happy banget," ujar Melly.

 

Melly berhasil menurunkan berat badan tersebut lantaran melakukan bedah bariatrik di RS Pondok Indah – Pondok Indah. "Berbekal rekomendasi dari teman dan hasil menggali informasi di internet, saya bersyukur dipertemukan dengan dr Peter dan bisa sampai di tahap ini," ujarnya.

 

Kini berselang empat bulan pasca operasi, selain penyesuaian gaya hidup seperti pemilihan asupan makanan dan minuman yang dikonsumsi, Melly sudah kembali beraktivitas dan bekerja tanpa keluhan berarti. "Tindakan bedah bariatrik sleeve gastrectomy yang saya lakukan merupakan langkah besar setelah hampir 22 tahun ini saya berjuang untuk menurunkan berat badan," ungkap Melly.

Obesitas dapat disebabkan oleh banyak hal misalnya saja dari faktor genetik, lingkungan dengan pola makan makanan padat energi (tinggi lemak, gula, serta kurang sehat). Selain itu juga bisa dipengaruhi oleh faktor obat-obatan dan hormon.

 

Metode penurunan berat badan pada penderita obesitas akan berbeda untuk masing-masing individu. Namun, secara umum angka menurunkan berat badan pada tingkat yang aman dan berkelanjutan yaitu 0,5 hingga satu kg per minggu. Bagi penderita obesitas, ada beberapa tip diet sehat yang bisa diterapkan. Berikut di antaranya.

farhad ibrahimzade/unsplash

1. Pastikan tidak melewatkan sarapan.

2. Konsumsi makanan yang bisa membuat Anda merasa kenyang sampai waktu makan siang.

Tindakan tersebut bertujuan untuk meminimalkan ngemil. Telur, yogurt, oatmeal, dan roti gandum adalah beberapa makanan yang bisa menjadi pilihan untuk mengawali hari.

3. Konsumsi air putih sebelum makan.

Tidak lupa pula penuhi kebutuhan tubuh akan air sepanjang hari. Sekitar 60 persen dari tubuh terdiri dari air, maka cairan bening dan bebas kalori ini berperan dalam hampir setiap fungsi tubuh. Tubuh yang terhidrasi akan semakin efisien bekerja untuk berpikir hingga membakar lemak tubuh.

4. Konsumsi sayuran dan buah-buahan memiliki efek positif pada gula darah.

Hal tersebut dapat membantu menjaga nafsu makan. Apel, pir, dan sayuran berdaun hijau dapat berperan dalam penurunan berat badan. Kandungan glikemik yang rendah mencegah lonjakan gula darah yang dapat meningkatkan rasa lapar.

5. Cukupi kebutuhan protein.

Kita bisa memperolehnya dari daging, ikan, telur, kacang-kacangan dan sumber protein non-susu lainnya.

6. Kurangi asupan kalori.

Sebagian besar orang disarankan untuk mengurangi asupan kalori atau energi sebanyak 600 kalori per hari. Bagi kebanyakan pria, ini berarti mengonsumsi tidak lebih dari 1.900 kalori sehari, dan bagi kebanyakan wanita, tidak lebih dari 1.400 kalori sehari.

7. Rutin olahraga berintensitas sedang.

Olahraga tersebut mampu meningkatkan detak jantung dan pernapasan, seperti jalan cepat, bersepeda, renang rekreasi, dan menari.

nataliya vaitkevich/PEXELs

Diet untuk Penderita Obesitas

Ini bukan liposuction, kalau bedah kosmetik tujuannya membentuk tubuh, kalau bariatrik tidak menuju kesana, tapi akan ikutan.

freepik

Bukan Bedah Kosmetik

Bedah bariatrik sangat berbeda dengan bedah kosmetik seperti sedot lemak.Dokter spesialis bedah subspesialis bedah digestif RS Pondok Indah – Pondok Indah, Dr dr Peter Ian Limas, SpB, SubSp. BDig menegaskan bedah bariatrik menangani akar persoalan dengan mengobati pasien obesitas dan penyakit penyertanya. "Ini bukan liposuction, kalau bedah kosmetik tujuannya membentuk tubuh, kalau bariatrik tidak menuju kesana, tapi akan ikutan," ungkapnya.

 

Menurutnya, jika pasien bedah bariatrik turun berat badan, maka otomatis tubuh akan ikut terbentuk.  Sedangkan bedah kosmetik hanya bertindak memperbaiki penampilan tanpa menyentuh akar persoalannya. "Berat badan turun penyakit juga hilang, kolesterol turun. Lebih ke arah kesehatan," ujarnya.

 

Ia menjelaskan cara kerja bedah bariatrik adalah dengan memodifikasi saluran cerna pasien yang menyebabkan makanan tidak melewati usus dua belas jari (Roux en Y gastric bypass) atau melewatinya dengan lebih cepat (Sleeve gastrectomy). Proses ini menyebabkan terjadinya peningkatan hormon GLP-1 yang memperbaiki metabolisme gula oleh insulin.  "Hal itu kemudian dapat membantu menghilangkan rasa lapar pasien, memodifikasi profil hormon pasien sehingga lebih efektif bekerja, hingga membantu mengurangi kalori yang diserap tubuh," paparnya.

 

Sebelum melakukan tindakan, pemeriksaan awal akan dilakukan melalui pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan jantung, USG dengan teropong (endoskopi) untuk melihat kondisi kerongkongan dan lambung, serta pengecekan sleep study untuk mengetahui ada tidaknya kondisi sleep apnea. Begitu hasil pemeriksaan didapat, pasien pun diwajibkan untuk berkonsultasi dengan beberapa dokter seperti dokter spesialis gizi klinik, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, dokter spesialis penyakit dalam dengan kompetensi sesuai dengan kebutuhan pada saat sebelum dan sesudah tindakan bariatrik, serta dokter spesialis anestesi.

 

Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut akan menentukan layak tidaknya seseorang menjalani prosedur bariatrik dan juga menjadi faktor penentu tindakan bedah bariatrik apa yang sesuai untuk dilakukan. Pasien pun diimbau untuk menjalani diet rendah kalori (1.000 kilo kalori) selama sekitar dua minggu sebelum tindakan. Hal ini dilakukan untuk mengecilkan organ hati sehingga tidak menutupi lapang pandang ketika dilakukan tindakan bedah bariatrik.

top